Notification

×

Iklan ok


 


Rohingya Dalam Masalah Baru

| Desember 10, 2023 WIB
Warga Rohingya yang terdampar di Aceh, foto CNN Indonesia



Oleh: Amriadi Al Masjidiy*

INVIEW.ID | Opini - Suku Rohingya hidup terisolasi tanpa kewarganegaraan, pendidikan dan kesehatan. Krisis kemanusiaan di Myanmar membuat mereka harus keluar dari tanah mereka di Rohingya, mereka melarikan diri yang kemudian tersebar di berapa negara. Laporan UNHCR Indonesia pengunsi Rohingya terbanyak di Bangladesh, namun kondisi keamanan di kamp-kamp Bangladesh yang sesak telah memburuk beberapa waktu terakhir. Hal ini mendorong keluarga pengungsi Rohingya melakukan perjalanan berbahaya untuk mencari keselamatan dan stabilitas.

Dari laporan ini kita bisa menduga kalau lembaga kemanusiaan PBB seperti UNHCR dan IOM tidak serius mengurus pengunsi Rohingya. Terutama di kamp Bangladesh yang memburuk tanpa solusi, ini adalah dugaan bentuk ketidakbecusan mereka dalam mengurus pengunsi Rohingya.


Selama ini mereka nongkrong di mall-mall atau di tempat keramaian dan minta tanda tangan serta donasi kita untuk dukungan ke pengungsi Rohingya adalah bohong besar. Buktinya mereka sendiri mengakui ketidak pedulian pada kamp pengungsi, hingga menyebabkan Pengunsi Rohingya melakukan perjalanan ekstrim.


Dalam catatan Pinter Politik disebutkan lembaga Internasional sudah mulai bau mati,  dinilai gagal memberikan solusi Konflik genting dan hanya sanggup mengatasi pada masalah di Bantuan Sosial. Perang Israel-Palestina (1948 - sekarang), perang AS-Irak (2003), Perang Rusia-Ukraina (2022). Di Asean perang Rohingya Myanmar (2012-sekarang), sengketa LCS Krisis. Ini menunjukkan lembaga Internasional sudah berada pada awal kematian.


Perairan Kita
Terdamparnya pengungsi Rohingya di Aceh dengan mudah dari waktu ke waktu, menimbulkan spekulasi bahwa perairan laut kita tidak aman. Kapal begitu besar penuh manusia bisa lolos menyelundup ke Aceh, apalagi Narkoba, bagaimana dengan kapal perang yang tiba-tiba bisa muncul di depan monyong kita. Dengan demikian, begitu mudah bagi negara lain memata-matai kita, karena tidak ada keamanan dan pengawasan.


Hal ini tentu saja dibantah oleh TNI Angkatan Laut, dalam sebuah komentar di media sosial Instagram @tni_angkatan_laut "Pihak TNI AL telah malaksanakan patroli secara rutin dan berkesinambungan di sekitar Perairan di Aceh. Namun dengan telah masuknya Rohingya ke dalam perairan Aceh, pihak TNI AL tidak boleh mengusir Rohingya, hal tersebut karena Faktor Kemanusian. Dalam penanganan Rohingya tersebut, pihak TNI AL akan berkoordinasi secara ketat dengan instansi pemerintah terkait. Kemenlu dan Imigrasi serta pihak United Nation High Commissioner for Refrugees (UNHCR) dan International Organisation of Migration (IOM)."


Selain itu dalam penemuan masyarakat Aceh ada tas dengan logo UNHCR dan Unicef, ini patut diduga ada campur tangan UNHCR dalam hal ini. Kita perlu waspada terhadap bentuk Israel gaya baru.


Rohingya di Aceh
Ini bukan pertama kalinya pengungsi Rohingya terdampar di Aceh, mulai tahun 2015/2016 awal konflik Rohingya terparah dan pelanggaran HAM berat Internasional. Saat itu masyarakat Aceh menyambut dengan baik atas nama kemanusiaan dan agama Islam.


Namun niat baik masyarakat Aceh membuat mereka terus menerus menuju Aceh, hingga masyarakat menemukan kejanggalan. Kejanggalan pertama mereka ngelunjak, hingga muncul istilah dari orang Aceh "ureung sikula hana beut tan".


Sehingga wajar kalau mereka berperilaku demikian, karena sekolah tidak ngaji juga tidak. Kejanggalan kedua mereka hilang dari pengungsian satu persatu dengan alasan dijemput keluarga atau temannya yang tinggal di Medan hingga Malaysia.


Disinilah mulai diketahui bahwa ada human trafficking sampai ada rakyat Aceh yang terlibat kasus hukum. Kini diketahui kalau mereka ke Aceh itu dengan perahu atau kapal mereka harus membayar 7-14 juta.


Tujuannya bukan ke Aceh atau Indonesia namun mereka bertujuan ke Malaysia hingga Australia. Di Malaysia terjadi konflik dengan masyarakat Melayu hingga mereka meminta rumah dan tanah untuk mereka.


Karena itu M. Nasir Djamil Anggota Komisi 3 DPR RI Fraksi PKS meminta Menko Polhukam untuk memindahkan pengunsi Rohingya segera, bukan tidak mau menerima mereka tapi dengan keramaian ini akan menimbulkan penyakit apalagi warga kami ada yang terlibat kasus hukum terkait praktik perdagangan manusia.


Selain itu Nasir Djamil juga meminta pemerintah untuk menjewer UNHCR dan IOM karena sepertinya tidak serius menangani pengungsi Rohingya.


Dari kejadian-kejadian itu akhirnya rakyat Aceh menolak pengungsi Rohingya, bahkan di demo pemerintah setempat agar memindahkan mereka segera. Karena mereka tidak tau untung, bahkan mereka protes karena nasinya sedikit dan ada yang membuang nasi yang diberikan berdasarkan video-video yang beredar. 


Padahal banyak masyarakat Aceh yang hidup belum layak, bahkan ada yang harus keluar Aceh untuk mencari kerja meninggalkan anak dan istri bertahun-tahun. Namun atas nama kemanusiaan mereka peduli terhadap Pengungsi Rohingya, menghormati tamu mereka walaupun akhirnya harus segera di usir karena mereka melakukan berbagai kriminal di Aceh seperti perdagangan manusia dan narkoba, memperkosa anak dibawah umur, kabur dari kamp pengungsi, dan bantuannya ada yang dibuang ke laut.


Solusi Rohingya
Setidaknya ada 1.700 pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh. Pemerintah saat ini sedang berunding mencari solusi mengenai nasib imigran Rohingya, karena ditolak warga setempat. Saat ini memang belum ada solusi yang tempat untuk mereka, walaupun ada yang mengusulkan diletakkan pada pulau yang kosong di Indonesia. Ini tentu bukan solusi yang tepat juga, karena Israel dulu mengungsi ke Palestina tidak terlalu jauh berbeda. Jika mereka di kasih pulau siapa yang mengawasi.


Ada juga solusi agar mereka dikirimkan atau di deportasi ke Negera asalnya. Tapi mereka mengungsi jauh kesini, karena keadaan di negara asalnya. Jadi ini juga bukan solusi yang tepat.


Solusi lain adalah kirim ke pengungsi asalnya di Bangladesh. Karena disana sudah dibangun kamp pengungsian yang cukup bagus dan walaupun mereka disana dipekerjakan, tapi setidaknya mereka aman disana. Kita tinggal menekankan UNHCR dan IOM serta Unicef untuk mengurusnya, karena itu tanggung jawab mereka yang di sepakati dunia.


Solusi diatas memang belum bisa sepenuhnya berjalan dengan baik, mengingat imigran Rohingya sudah terlalu banyak membuat onar. Solusi terakhir adalah membuat rumah terapung di tengah laut tanpa terhubung ke darat seperti di Thailand dan beberapa negara lain. Tinggal pilih laut yang jauh dari jangkauan untuk mereka bisa ke darat. Tentu saja ini solusinya yang paling berbeda dan paling ekstrim. []

_*)Penulis Merupakan Masyarakat Aceh yang pernah mendukung Imigran Rohingya di Aceh dan pernah beberapa kali berdonasi dan menanda tangani untuk dukungan ke Imigran Rohingya UNHCR_







Ikuti Kami di Google News

×
Berita Terbaru Update