Infografis by asumsi.co |
INVIEW.ID | Opini - Setelah sekian lama para Capres ini menjomblo akhirnya terlihat juga hilalnya. Capres Anies Baswedan memilih Muhaimin Iskandar sebagai Cawapres dan Ganjar Pranowo memilih Mahfud MD sebagai Cawapresnya. Capres Prabowo juga dalam waktu dekat akan mengumumkan siapa cawapresnya. Nama yang muncul saat ini setelah Mahfud MD jadi Cawapres Ganjar membuat nama inisial M kian menggema di bahas.
Prabowo tentu saja harus memilih wakil yang tepat, jika salah maka akan jadi Capres abadi baginya. Karena Prabowo sudah berkali-kali menjadi Capres, tanpa pernah menang.
Namun siapa yang cocok mendampingi Prabowo menuju pilpres 2024 nanti?
Jika di lihat dari lawannya Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo maka terdapat dua komposisi nama. Kedua nama tersebut adalah inisial M.
Jika Prabowo ingin berhadapan dengan Ganjar Pranowo maka cawapres Inisial M Ahli Hukum Tata Negara yaitu Yusril Ihza Mahendra. Ini cocok untuk head to head dengan Mahfud MD, dimana Mahfud MD adalah pakar hukum tata negara.
Jika Prabowo fokus berhadapan dengan Anies Baswedan maka ada inisial M kedua yaitu Mas-Mas dari Solo, Mas Gibran Rakabuming. Ini cocok untuk head to head dengan Muhaimin Iskandar yang dekat dengan anak muda dengan gaya fun yang tidak terlalu serius.
Mas Gibran bisa jadi Cawapres karena keputusan MK yang memberikan ruang kepadanya, batas usia minimal cawapres tidak berubah namun dibolehkan jika pernah dipilih atau memimpin di pemerintahan.
Namun Prabowo juga bisa di jegal di MK soal gugatan batas umur Capres maksimal 70 tahun. Sedangkan Prabowo sudah 71. Maka dari itu Prabowo sepertinya sulit memutuskan siapa Cawapresnya.
King Maker memang membelenggu Prabowo. Karena bisa saja jika tidak memilih mas Gibran, Prabowo bisa dihambat MK. Dimana ketua MK saat ini adalah paman dari Gibran. Maka sudah pasti Prabowo akan mengambil wakilnya di detik-detik terakhir pendaftaran ke KPU.
Seandainya tidak ada belenggu Prabowo tentu saja bisa memilih Yusril Ihza Mahendra, selain cocok berhadapan dengan Mahfud MD dan Anies Baswedan. Kombinasi ini juga tidak terlihat Jawa Sentris, dimana kedua Capres lawannya memilih Cawapres dari Pulau Jawa. Hal ini memiliki nilai positif dimata masyarakat, namun apa daya jika Prabowo tetap harus milih Gibran nantinya.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas dalam memilih seorang cawapres dalam politik Indonesia. Pertimbangan mengenai lawan yang akan dihadapi, potensi hambatan hukum, dan dinamika politik internal semua memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan Prabowo. Kita akan terus melihat bagaimana perkembangan ini berlanjut dan siapa yang akhirnya akan menjadi cawapres dari Prabowo dalam pemilihan presiden 2024.[]