Menu Atas

Iklan

Iklan- Scroll ke bawah untuk melanjutkan

,

BPBA Sosialisasi Komunikasi Informasi dan Edukasi Daerah Rawan Bencana kepada Pentahelix

Tim Redaksi
Rabu, 8/23/2023 WIB Last Updated 2023-08-23T09:08:01Z


INVIEW.ID I BANDA ACEH -  Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Dr. Ir. Ilyas, MP, sampaikan sambutan sekaligus membuka secara resmi kegiatan sosialisasikan komunikasi informasi dan edukasi daerah rawan bencana di Aceh yang berlangsung di Hotel Grand Arabia Banda Aceh, Senin (21/08/2023). 


Ketua panitia pelaksana kegiatan, Henny Nurmayani, S.Si, MM, melaporkan sosialisasi komunikasi informasi dan edukasi daerah rawan bencana di Aceh, diikuti oleh 50 peserta yang merupakan perwakilan dari 23 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se Aceh, Bappeda Aceh, Dinsos Aceh, Diskominsa Aceh, DPKP Banda Aceh, perwakilan 6 Universitas di Aceh yaitu Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri AR-Raniry, Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Malikussaleh, Universitas Teuku Umar dan Universitas Gajah Putih, perwakilan dari Basarnas Banda Aceh, PMI Aceh, Forum PRB Aceh serta perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat.   


Lebih lanjut, ketua panitia menyampaikan, maksud dan tujuan dilaksanakan kegiatan sosialisasi komunikasi informasi dan edukasi daerah rawan bencana di Aceh yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran aparatur dan semua unsur masyarakat dalam mensosialisasikan kembali dan mengkomunikasikan, memberi informasi dan mengedukasi masyarakat terkait daerah rawan bencana di Aceh sehingga upaya mitigasi dan strukturalisasi dapat menyebar secara menyeluruh.   


"Narasumber yang dihadirkan pada kegiatan yang berlangsung dari tanggal 21 Agustus sampai dengan 23 Agustus tersebut yaitu dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBA, Karst Aceh dan TDMRC Universitas Syiah Kuala,'' terang Henny.


Sementara saat sambutannya, Kepala Pelaksana BPBA, Dr. Ir. Ilyas, MP, mengatakan, berdasarkan data yang direkap oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Aceh, tren secara keseluruhan bencana di Aceh dari tahun 2012 sampai 2022, cenderung meningkat, walaupun terjadi sedikit penurunan pada tahun 2020 ke tahun 2022.  


"Biasanya bencana yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor serta Karhutla," kata Abi Ilyas.


Lebih dari 1,5 juta jiwa terdampak bencana alam di Aceh selama 10 tahun terakhir dan taksiran kerugian mencapai 1,6 triliun rupiah. 


"Hal ini tentu saja jika dihitung dengan anggaran APBA di tahun ini saja sekitar 10 persennya," lanjutnya.


Seperti kita ketahui Indonesia khususnya Aceh merupakan daerah rawan bencana, di setiap pertemuan selalu disampaikan bahwa di Aceh ini sudah ditetapkan 3 zona yang sering terjadi bencana yaitu zona 1 di wilayah barat dan selatan Aceh, sering terjadi karhutla dibanding kejadian banjir dan bencana lainnya. 


Sementara zona 2 adalah wilayah tengah Aceh, lebih sering terjadi tanah longsor dan ingin puting beliung. 


Sementara di zona 3 wilayah timur Aceh, sering terjadi banjir diakibatkan oleh tingginya curah hujan di wilayah zona 2 dan disamping faktor lainnya 


Sosialisasi dilakukan saat ini, lebih kepada mitigasi untuk disosialisasikan sampai kepada masyarakat.  


Penting peran pentahelix dalam penanganan bencana di Aceh karena harus melibatkan semua stakeholder dalam penanggulangan bencana. 


"Selama ini kita telah berkolaborasi dalam setiap penanggulangan bencana, dimana unsur pentahelix secara bersama-sama dan bahu membahu, sebagai contoh dalam penanganan karhutla," kata Abi Ilyas.


Jadi kegiatan ini sangat penting, sehingga nantinya masyatakat bisa mengetahui potensi ancaman bencana di daerahnya. 


Artinya setelah sosialisasi ini perlu kita secara bersama-sama menyampaikan kepada masyarakat potensi ancaman bencana di daerahnya. 


Langkah-langkah mitigasi bencana, perlu dikomunikasikan sampai ke level masyarakat, misalnya meningkatkan kesadaran masyarakat supaya tidak membakar sampah, membakar lahan maupun membuang puntung rokok secara sembarangan. 


Melanjutkan sambutannya, Abi Ilyas juga mengingatkan kembali tugas dan fungsi BPBD dalam penanggulangan mulai dari pra bencana, saat bencana dan pasca bencana. 


Sosialisasi yang dilakukan malam ini, lebih kepada mitigasi dan yang paling penting adalah komunikasi, khususnya kepada masyarakat melalui berbagai kampanye, penyuluhan, penyampaian informasi melalui berbagai media diantaranya televisi, radio, surat kabar, termasuk sosial media. 


Hari ini, BPBA di salah satu harian surat kabar, menyampaikan sosialisasi tentang waspada dampak El Nino yang diperkirakan terus berlangsung sampai November 2023 di sebagian Indonesia termasuk Sumatera bagian utara dan Aceh. 


"Jadi El Nino yang merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, dapat menyebabkan curah hujan menjadi berkurang sehingga dapat memicu kekeringan," terang Abi Ilyas. 


Sekali lagi, kami mengingatkan akan pentingnya, informasi ini, bisa sampai kepada masyarakat di daerah masing-masing sebagai salah satu langkah mitigasi bencana. 


Oleh karenanya, sosialisasi ini harus terus dilakukan kepada masyarakat melibatkan unsur pentahelix. 


"Jadi untuk mengurangi risiko bencana, sosialisasi harus dilakukan secara terus menerus, agar masyarakat memiliki pemahaman yang memadai tentang tindakan yang harus dilakukan di saat pra bencana, saat bencana dan pasca bencana," kata Abi Ilyas, menutup sambutannya.(Daewan)