Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto |
Pidie | Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Rumoh Geudong di Gampong Bili Aron, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie, Selasa, 27 Juni 2023 mendatang saat kick-off penyelesaian pelanggaran HAM berat secara nonyudisial di salah satu bekas Pos Satuan Taktis dan Strategis (Pos Sattis) di Sektor A-Pidie selama pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh (1989-1990) itu. Persiapan penyambutan presiden ini, salah satunya, diisi dengan pemusnahan sisa-sisa bangunan Rumoh Geudong.
Pada 20 Agustus 1998, Tim Pencari Fakta (TPF) Komnas HAM yang dipimpin Baharuddin Lopa tiba di Rumoh Geudong. Setelah TPF Komnas HAM bertemu dengan korban dan membongkar kuburan di Rumoh Geudong, rumah itu dibakar. 25 tahun setelah dibakar, sisa-sisa rumah itu kini telah rata dengan tanah.
Pemerintah Kabupaten (Pembab) Pidie akan membebaskan lahan seluas kurang-lebih 7000 meter persegi itu senilai Rp 4 miliar yang bersumber dari Belanja Tak Terduga (BTT) APBK Pidie 2023.
Pemkab Pidie juga akan membangun masjid di atas lahan tersebut. “Pemda yang akan melakukan pembebasan lahan, sementara pembangunan masjid dilakukan oleh Kementerian PUPR,” kata Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Wahyudi Adisiswanto, Kamis, 22 Juni 2023, yang ditemui sinarpidie.co di kompleks Rumoh Geudong.
Kata Wahyudi, ada 20 kementerian yang akan menyertai presiden pada Selasa, 27 Juni 2023 mendatang. “Maka, masyarakat Pidie berharap ada dampak positif lainnya dari kick off ini, misalnya penyelesaian pembangunan Masjid Al-Falah dan pendirian pabrik semen di Laweung. Selain itu, masyarakat Pidie berharap pembangunan Waduk Tiro diteruskan karena kita ingin berfokus pada masa depan generasi yang akan datang, bukan masa lalu,” katanya.
Wahyudi adalah Kepala BIN Daerah NTB 2019-2021. Direktur Perencanaan Pengendalian Kegiatan Operasi BIN ini dilantik sebagai Pj Bupati Pidie pada Senin, 18 Juli 2022.
"Jadi ini penyelesaian nonyudisial. Ini semacam permohonan maaf pemerintah. Dan ini kan niat luhur dari pemerintah sehingga peristiwa-peristiwa di masa silam tersebut bisa dilupakan dan tak terulang lagi. Kalau yudisial barangkali sama-sama saling menyalahkan: GAM menyalahkan pemerintah, dan sebaliknya pemerintah juga menyalahkan GAM. Dan ini dianggap sudah selesai. Kita mulai generasi baru. Generasi-generasi baru ini kalau diwarisi dendam kan tidak bagus. Nah sekarang yang kita harapkan bagaimana masyarakat Pidie bisa membangun harapan-harapan baru lewat kick-off ini, jelas Wahyudi dalam wawancara dengan sinarpidie.co pada Kamis, 22 Juni 2023.
"Melihat sisa-sisa Rumoh Geudong ini saja, korban yang ingin melupakan peristiwa di masa lalu menangis. Jadi, kenangan inilah yang ingin kita lupakan. Jangan lupa, ini bukan situs sejarah. Tidak sama dengan membikin monument Arif Rahman Hakim (mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang tewas ditembak dalam demonstrasi mahasiswa semasa Orde Lama pada 24 Februari 1966-red)," lanjutnya.
"Kita akan menelisik siapa yang menghendaki kompleks Rumoh Geudong menjadi museum dan membangun replika Rumoh Geudong di sini. Itu kan sama saja dengan mewarisi dendam. Dendamnya tidak akan berhenti.Kita menghendaki ini (pelanggaran HAM berat-red) tidak terulang. Jadi, harus dilupakan. Kalau dikenang, akan berulang. Kalau dikenang, akan muncul dendam. Justru saya melihat ada motivasi yang salah ketika kita membiarkan ada kenangan-kenangan luka. Ini bukan situs sejarah. Dalam konteks ini, kita tidak bisa menyalahkan TNI. Nanti TNI akan bicara: GAM lebih salah lagi. Maka, akan ada sikap saling menyalahkan terus menerus. Jadi, GAM juga akan disalahkan. TNI, misalnya, akan menuding GAM lebih kejam. Nah, kalau itu diwariskan akan tidak bagus."[](Sumber:sinarpidie.co)